BUKU itu setebal 28 halaman. Sampulnya mengkilap didominasi warna putih. Sampul belakang tertulis ringkasan isi buku, sedangkan sampul depan terpampang gambar sepeda serta judul buku: Teknik Perakitan Sepeda Listrik.

Buku ini diterbitkan oleh UR Press Pekanbaru. Penulisnya M Dalil, ST, MT serta Mulyadi. Dalil merupakan dosen Fakultas Teknik Universitas Riau. Mulyadi mahasiswa D3 Teknik Mesin UR. “Kami berharap buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan sepeda listrik,” tulis mereka pada pengantar buku.

Selain itu, penerbitan buku juga bertujuan untuk mengabadikan teknik perakitan sepeda listrik. “Kita perlu kendaraan ramah lingkungan, hemat energi, sekaligus jadi alat bantu olahraga,” ujar Mulyadi.

Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada 2013 mencapai 94,2 juta unit, cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya 84,19 juta unit. Semuanya menggunakan bahan bakar minyak dan pelumas. Ini menambah polusi di Indonesia. Data tersebut dimuat situs Kompas.com pada 26 Februari 2013.

Untuk mengatasi polusi tersebut, Hardian Putra, Angga Saputra dan Mulyadi menciptakan sepeda listrik. Ketiga mahasiswa Teknik Mesin UR ini dibimbing satu dosen Teknik, Dalil. Pembuatan sepeda listrik sekaligus jadi tugas akhir mereka untuk menyelesaikan studi di UR.

Sepeda listrik menggunakan sumber energi dari baterai atau biasa disebut accumulator (aki). Ia tak perlu bahan bakar minyak untuk tenaga penggerak. Hanya perlu coke listrik di setiap tempat dengan meteran berkartu prabayar. “Perawatan juga lebih murah karena hanya perlu memperhatikan baterai, dinamo dan charging,” tulis mereka dalam buku Teknik Perakitan Sepeda Listrik.

Komponen pembuatan sepeda listrik terdiri dari roda, rangka, sistem kemudi, rantai, roda gigi, aki, rem, motor listrik dan controller. Ini alat-alat lumrah dalam merakit sepeda, hanya saja mereka agak kesulitan mencarinya. “Tiga hari kita hunting alat, ketemunya di Medan. Pekanbaru nggak ada,” kata Mulyadi.

Roda dipilih jenis free wheels, bebas bergerak dengan karet mati agar bisa bergerak lebih ringan. Untuk rangka, mereka pilih material berbahan aluminium alloy yang bisa menahan beban hingga 90 kilogram.

Sistem kemudi terdiri dari setang kemudi, kepala kemudi dan batang kemudi. Panjang pendek batang kemudi harus diperhatikan. Batang kemudi yang panjang akan ringan digerakkan, namun kendaraan menjadi tidak lincah. Sedangkan batang kemudi pendek membuat gerakan kendaraan menjadi lincah, namun berat dikendalikan.

Rantai digunakan untuk menghubungkan dua poros besar antara roda gigi pada roda dan pedal. Roda gigi diperlukan untuk menghasilkan kecepatan putaran yang bisa diubah-ubah. Sementara rem digunakan untuk mengurangi kecepatan.

Agar sepeda listrik bisa bergerak, digunakan motor listrik yang bisa mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik digunakan untuk memutar roda sepeda listrik. Aki merupakan kimia listrik yang bisa mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Ia diperlukan untuk menggerakkan sepeda listrik. Untuk mengatur kecepatan sepeda, digunakan controller.

 

MULYADI cerita perakitan sepeda listrik dimulai saat kontes yang diadakan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang). Mereka adakan lomba merancang bangun kendaraan roda dua menggunakan energi alternatif untuk wilayah Riau.

Hardian Putra, Angga Saputra dan Mulyadi ikut lomba tersebut. Agar terkesan lebih modern, mereka mendesain sepeda berbentuk motor Harley Davidson. Untuk warna sepeda, mereka memilih kombinasi kuning emas dan hijau. “Terinspirasi konsep go green,” kata Mulyadi.

Hal pertama yang mereka lakukan untuk mendesain sepeda adalah modifikasi rangka. Besi pipa dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan lalu dibengkokkan. Masing-masing pipa yang telah dipotong kemudian disatukan dan dibentuk seperti rangka sepeda. Setelah itu dilas dengan las listrik.

Modifikasi rangka selesai. Selanjutnya perakitan roda gigi untuk roda belakang dan untuk pedal atau pengayuh. Roda gigi berfungsi sebagai alat untuk mentransmisikan daya pada roda agar dapat bergerak. Roda gigi bagian roda belakang dan roda gigi bagian pedal harus dihubungkan dengan rantai. Panjangnya tergantung jarak antara keduanya.

Sitem kemudi dipasang pada bagian depan dan atas sepeda untuk mengatur arah sepeda. Sadel dipasang sejajar dengan sistem kemudi untuk tempat duduk pengendara sepeda. Roda dipasang pada rangka sepeda yang telah dibuat penyangga depan dan belakang. Caranya dengan memasukkan poros sebagai penahan roda dan mur sebagai pengunci. Roda depan pada sepeda rakitan Hardian, Angga dan Mulyadi menggunakan roda sepeda dengan rem cakram, sedangkan roda belakang menggunakan roda motor matic.

Terakhir perakitan listrik. Motor listrik dirakit pada roda bagian belakang, kemudian dihubungkan dengan controller agar sepeda bisa bergerak menggunakan tenaga listrik yang berasal dari aki.

Mulyadi (kiri) bersama kedua dosen pembimbingnya saat memperlihatkan sepeda listrik ciptaan mereka
Mulyadi (kiri) bersama kedua dosen pembimbingnya saat memperlihatkan sepeda listrik ciptaan mereka

Berdasarkan kualitas bahan dan kekuatannya, Hardian, Angga dan Mulyadi memperkirakan sepeda dapat melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam selama dua jam. “Itu karena dilengkapi motor listrik dan aki,” ujar Mulyadi. Sementara itu, roda gigi yang diberi sensor membuat sepeda terasa lebih ringan ketika didayung. “Meringankan beban walaupun berat rangkanya mencapai 60 kilogram,” tambahnya.

Sepeda listrik yang dirakit selama dua pekan dengan empat aki 12 volt ini mengantarkan Haridan Putra, Angga Saputra dan Mulyadi meraih juara tiga pada lomba rancang bangun kendaraan roda dua dengan energi alternatif. “Kalau lihat kemampuannya, kita (UR) lebih unggul. Tapi lawannya dosen semua. Tentu mereka lebih paham soal listrik,” kata Usman Tang, Kepala Lembaga Penelitian UR.

Menurutnya, perakitan sepeda listrik ini sudah sangat baik, hanya saja kalah saat presentasi. “Tak apa, ini sudah jadi prestasi untuk Riau, apalagi universitas,” tambah Usman.

 

MESKI hanya gunakan motor listrik, sepeda listrik ini mampu menanjak di Fly Over dan berkeliling kota Pekanbaru selama satu jam. Waktu pengecasan aki hanya delapan jam dan memiliki dua percepatan pada tuas gas kemudinya. Percepatan pertama hingga 20 kilometer per jam dan percepatan kedua 40 kilometer per jam.

Kini sepeda listrik rakitan Hardian Putra, Angga Saputra dan Mulyadi hanya terpajang begitu saja di Gedung Lembaga Penelitian UR. “Itu karena tak ada yang mau memproduksi massal,” kata Usman Tang. Ia berjanji, bila ada perusahaan yang mau produksi, Lemlit akan mendukung penuh. “Kan untuk harumkan nama UR juga.”

Setidaknya penyebaran buku Teknik Perakitan Sepeda Listrik terbitan UR Press bisa membantu dalam promosi sepeda listrik rakitan Hardian Putra, Angga Saputra dan Mulyadi. #