Senat Universitas Riau adakan rapat di rektorat. Pukul 09.30 rapat dimulai, membahas tentang pencabutan mandat Wakil Rektor (WR) III. Dihadiri oleh Rektor sebagai pimpinan tertinggi, anggota Senat, Dekan seluruh fakultas, WR III, Profesor dan Presiden Mahasiswa sebagai perwakilan dari mahasiswa UR, Selasa(5/12).
Setengah jam rapat berlangsung, tiba-tiba mahasiswa dari kelembagaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)Â melakukan aksi kedua, aksi pertama pada 29 November, mahasiswa tuntut mandat WR III dicabut. Indra, menteri Advokasi BEM UR jelaskan, Senin sore mereka mendapat isu bahwa mandat WR III tidak jadi dicabut.
Kabar mengenai rapat senat didapat dari Abdul Khair selaku Presma yang merupakan perwakilan mahasiswa UR dalam keanggotaan senat. “Jika mandat WR III tidak juga dicabut, maka kami akan terus aksi sampai mandat WR III dicabut,†jelasnya.
Awalnya mahasiswa lakukan aksi di lantai satu, karena tidak ada tanggapan mahasiswa naik ke lantai dua. Dalam orasinya, Indra sampaikan jika mandat WR III tidak dicabut maka mahasiswa akan menggembok ruang kemahasiswaan, ruang senat dan Rektorat.
Masih saja tidak ada tanggapan, akhirnya peserta aksi naik ke lantai tiga. Di lantai tiga Indra kembali berorasi, “Cabut mandat WR III.â€
Keributan yang terjadi di lantai tiga membuat resah mahasiswa Fisip jurusan Ilmu Komunikasi.
“Bang, kami di lantai 4 sedang ada acara diskusi film, tolong partisipasinya,†ujar Surya salah satu mahasiswa Fisip.
Perdebatan terjadi antara mahasiswa BEM dengan mahasiswa Fisip. Namun ditenangkan oleh petugas keamanan yang sedang mengamankan aksi. Kericuhan terus terjadi, Indra berusaha menerobos pagar keamanan di anak tangga menuju lantai empat.
Tak lama kemudian, Khair turun ke lantai tiga mengamankan mahasiswa.“Harap menunggu hasil keputusan rapat senat. Disini kita jangan membuat keributan. Karena di lantai empat ada kegiatan mahasiswa Fisip dan sedang berlangsung rapat senat. Jadi kalian bisa duduk dengan rapi di lantai tiga,†ujar Abdul Khair.
Saat azan Zuhur berkumandang, mahasiswa turun untuk melaksanakan sholat. Sekitar pukul satu siang, rapat senat selesai.
Aras Mulyadi sampaikan, rapat akan diundur tanpa batas waktu yang ditentukan. Aras juga sudah menyiapkan tim independen, untuk mengumpulkan kebenaran atau fakta-fakta guna mengevaluasi mekanisme pencabutan mandat WR III. Setelah tim selesai mengumpulkan fakta-fakta, maka rapat senat dilanjutkan. “Kita harus sesuai kebenaran ya, takutnya nanti malah melawan hukum,†jelas Aras.
Khair paparkan terjadi perdebatan yang alot dan suasana yang tidak kondusif sehingga rapat senat harus dihentikan. “WR III, saya, Profesor, Guru Besar, Dekan-Dekan menyampaikan pendapat sehingga terjadi perdebatan yang alot.â€
Abdul Khair ceritakan, hasil rapat senat pertama bahwa mandat WR III belum di cabut dari mekanisme senat karena belum disahkan. Dari aksi yang pertama, Rektor sudah tanda tangan diatas matrai 6000, tentang komitmen bersama. “Karena WR 3 dipilih lewat senat maka diberhentikan juga lewat senat,†tambahnya.
Presma berharap, rapat senat berikutnya dilakukan dengan waktu yang secepatnya. Dan paling lama dua minggu buat tim independen Rektor mengumpulkan fakta yang ada. “DPM sedang melakukan penjaringan kriteria untuk WR 3 yang sesuai dengan fakta integritas dari kelembagaan itu sendiri,†ujarnya.
Aksi ini merupakan aksi lanjutan. Sebelumnya, mahasiswa juga adakan aksi pada 29 November 2016. Sekretariat BEM jadi titik kumpul untuk memulai aksi. Lalu mahasiswa berkeliling fakultas menggunakan sepeda motor dan mobil pick up. Faizal Indra Rangkuti, mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi berorasi diatas mobil.
Usai berkeliling, pukul 10.30 Â kemudian mahasiswa sampai di rektorat.
Abdul Khair Presiden Mahasiswa jelaskan, tujuan aksi  adalah menuntut Rektor cabut mandat WR III Syafrial karena tlah membuat mahasiswa kecewa. “Selama dua tahun menjabat sebagai WR 3 tidak ada terlihat kinerjanya, 3 minggu sudah kami lakukan negoisasi dengan beliau tapi tidak ditanggapi,†ujar Khair.
Syafrial dianggap meresahkan mahasiswa, sebab dana yang dianggarkan untuk kelembagaan tidak sesuai dengan anggaran dana yang ada. “Kalau dihitung-hitung dana untuk kelembagaan sekitar 200-300 juta, namun kenyataannya mahasiswa malah mengemis-ngemis minta uang itu pun tidak ada hasil sedangkan kegitan sudah berjalan,†tegas Khair.
Beberapa hari sebelumnya, pamflet dan spanduk di pasang di lingkungan UR, pesan siaran juga tersebar terkait tindakan-tindakan Syafrial. Isinya, mahasiswa menuntut keadilan atas kasus mahasiswa Fakultas Hukum yang dipukuli staff WR III namun Syafrial cenderung membela pelaku. Juga soal implementasi penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan perencanaan dan adanya beasiswa siluman. Adapula masalah pencairan beasiswa bidikmisi yang lambat dan tidak adanya transparansi soal bidikmisi tersebut.
“Cabut mandat WR 3,†kata-kata itulah yang dengan gemuruh disuarakan oleh mahasiswa. Tidak lama kemudian, Syafrial menemui masa aksi dan dikawal oleh security. Ia hanya bisa berdiri di depan pintu gedung Rektorat.
Sekitar 20 security diturunkan untuk mengamankan aksi. Bentuk pengamanannya adalah menjaga agar mahasiswa tidak menerobos masuk. Hal ini dipaparkan oleh komando security, Eliyanto.
Puncak aksi dilakukan dengan pembakaran tiga ban. “Matikan apinya, merusak,†ujar Syafrial. Namun perkataan Syafrial tidak digubris oleh mahasiswa, hingga terjadi perdebatan antara mahasiswa dengan security ingin memadamkan api tersebut.
Meskpipun Syafrial sudah menemui mahasiswa, tetapi mereka tetap ingin dijumpai oleh rektor. “Kalau rektor tidak turun kami masuk dan mengunci ruang kemahasiswaan,†teriakan semakin kuat.
Rektor tak kunjung penuhi permintaan mahasiswa, walau mahasiswa sudah maju dua langkah. Sekitar pukul 11.40 wib, barulah rektor turun menemui mereka.
Rektor, Aras Mulyadi berdiri disamping syafrial yang kala itu mengenakan pakaian orange dan menggunakan peci.
Aras tawarkan hendak negosiasi dengan mahasiswa dan Syafrial, awalnya mahasiswa menolak. Namun Rektor bersikeras meminta agar mahasiswa memberikan kesempatan kepada Syafrial. Akhirnya mahasiswa memberikan waktu satu menit untuk Syafrial bicara. Syafrial katakan akan menuntut Abdul Khair dan Faizal Indra Rangkuti kepengadilan. “Kita lihat siapa yang salah dan siapa yang benar, biar hukum yang meninjak lanjuti kasus ini,†kata Syafrial.
Rektor meminta sedikit waktu lagi untuk bernegoisasi dengan Syafrial. Mahasiswa pun menyetujui, dengan syarat mandat WR 3 harus di cabut segera dengan waktu sesingkat-singkatnya. Jika tidak, akan ada aksi-aksi berikutnya dan mahasiswa mogok kuliah.
Orasi tetap dibacakan, sembari mahasisawa memutar rekaman tentang percakapan antara ketua Formadiksi dengan Syafrial. Isi rekaman tersebut adalah Syafrial mengusir ketua Formadiksi saat menanyakan dana dan mengancam bidikmisinya dihentikan.
Tidak hanya dari mahasiswa di Kampus UR Panam, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) juga ikut dalam aksi 29 November ini. “Kami menuntut hak atas aksi pemukulan terhadap mahasiswa FH Ardi Armandanu pada 17 Agustus lalu,†jelas Nabila, mahasiswa FH.
Waktu negoisasi yang cukup lama membuat Abdul Khair dan rekan-rekannya berusaha menerobos pintu keamanan Rektorat. Namun, security meminta waktu tambahan lima menit lagi. Akhirnya Rektor dan WR 3 turun. Aksi terhenti sejenak karena azan sholat zuhur.
Pukul 12.09 Aras dengan sah mencabut mandat WR 3. “Keputusan ini adalah demi kebaikan lembaga, demi kemajuan UR dan demi kelancaran berbagai aktifitas. Saya selaku Rektor, pada hari ini untuk sementara mandat WR III, saya cabut,†imbuh Aras.
Aras berkata bahwa keputusan ini akan mengikuti aturan yang berlaku.
Seluruh peserta aksi bertepuk tangan, termasuk Syafrial. Usai Aras beri penjelasan, beberapa detik kemudian Syafrial menyalami Aras dan berbalik badan, masuk kedalam gedung rektorat.
Setelah sholat zuhur, para ketua kelembagaan mendatangi rektor untuk meminta pernyataan tertulis yang disetujui oleh rektor dan ketua lembaga yang diwakali oleh Abdul Khoir. Dan pernyataan itu disetujui dan di tandatangani oleh kedua belah pihak. “Selasa 29 November 2016, tepat setelah azan zuhur menjadi sejarah bagi UR atas pencabutan mandat WR,†tutup Abdul Khair. *Beta, Yulia