Puluhan massa berseragamkan almamater Universitas Riau (UR) gelar seruan aksi penolakan dihapuskannya mahasiswa dari keanggotaan senat  universitas yang diputuskan oleh Aras Mulyadi pada Rapat Senat Selasa (7/11). Mereka beralasan Aras Mulyadi selaku Ketua Senat UR telah merampas hak mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi mereka.
Aksi dimulai pukul 13.45, mobil pick up putih lengkap dengan pengeras suara dan spanduk bergerak dari Sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UR menjemput massa ke semua Fakultas di UR. Dimulai dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), puluhan mahasiswa bergabung ikuti aksi. Teriakan Hidup mahasiswa dan lagu pembebasan terdengar dari peserta aksi.
Alfian Syahrizal Koordinator Lapangan (Korlap) mulai orasi. Ia ajak mahasiswa untuk ramaikan aksi ini. “Telah terjadi pembungkaman suara mahasiswa sejak diadakannya rapat senat pada Selasa kemarin, kita harus rebut kembali hak kita ini.â€
Massa semakin ramai. Belasan security UR ikut mengawal aksi ini.
Fauzi Gubernur Mahasiswa FKIP sampaikan, agar pemimpin UR tidak mengambil kebijakan yang semena-mena.
Rombongan lanjut ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Mahasiswa FISIP menyambut rombongan aksi dengan antusias disertai pengibaran bendera Kelembagaan FISIP.
Ahmad Ramadan Gubernur Mahasiswa FISIP sampaikan, penghapusan mahasiswa dari keanggotaan senat akan berimbas pada kepentingan mahasiswa yang tak terakomodir.
Massa kemudian menuju Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknik (FT)Â Fakultas Pertanian (FAPERTA), lalu menuju Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK).
Di depan Sekretariat BEM FPK, Rinaldi Parepare selaku Presiden Mahasiswa UR menunggu kedatangan massa aksi. Rinaldi ajak perwakilan dari tiap kelembagaan fakultas untuk berembuk, menyepakati agar aksi berjalan dengan tertib tanpa merusak fasilitas.
Pukul 14.40 massa berangkat menuju gedung rektorat, sembari menyanyikan Mars Mahasiswa.
Penghapusan perwakilan mahasiswa dari keanggotaan senat oleh Rektor UR merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Namun Alfian Syahrizal sampaikan bahwa civitas akademika tak hanya terdiri dari Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan dan Dosen. “Mahasiswa juga merupakan bagian penting di dalamnya.â€
Massa meminta Aras Mulyadi Rektor UR yang sedang berada di Medan karena mengurus penelitian Mahasiswa SPK untuk pulang. Massa teriak bahwa mereka akan menunggu Rektor hingga datang.
Massa kembali menyanyikan Mars Mahasiswa dilanjut Indonesia Raya. Sujianto Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan UR yang berada di tempat turut menyanyi bersama massa.
“Kontribusi mahasiswa dalam Senat itu nyata,” tegas Wahyu Ramadhan Gubernur Mahasiswa FT.
Randi Andiyana Gubernur Mahasiswa FEB tekankan bahwa mereka datang bukan untuk tawuran dan merusak. Menurutnya ketika ada mahasiswa dalam anggota senat masih banyak masalah, apalagi kalau mahasiswa dihapuskan dari keanggotaan. “Lalu di majelis mana lagi kita akan bersuara?” tanyanya.
“Dalam keanggotaan senat memang tak dicantumkan mahasiwa. Tapi mahasiswa merupakan unsur civitas akademika dengan jumlah terbanyak di kampus,” jelas Rinaldi Parepare.
Menurutnya keputusan ini membahayakan, karena Jika tanpa mahasiswa maka semua permasalahan mahasiswa tak akan dituntaskan.
Alfian Syahrizal berpendapat bahwa Aras Mulyadi bertolak ke Medan demi kepentingan politik. “Pertama, kenapa penghapusan mahasiswa dilakukan akhir tahun?†Tanyanya. Sebelumnya rencana menghapuskan keanggotaan mahasiswa sudah dua kali dibahas namun dipending.
Hal kedua, 2018 nanti diadakan pemilihan Rektor UR yang mana satu suara sangat menentukan. Ketiga, fokus Aras Mulyadi hanya Pasal 29 yang tidak mencantumkan mahasiswa sebagai keanggotaan senat tanpa menimbang Pasal 77 yang mengatur Organisasi Kemahasiswaan.
Aksi kemudian jeda karena waktu Ashar telah masuk. Massa bubar menuju mushalla Rektorat.
Aksi dilanjutkan pukul 16.00 dengan pembakaran tiga ban di depan gedung rektorat. Korlap tegaskan bahwa mereka akan memboikot Ruangan Rektor jika selang waktu 30 menit Aras Mulyadi tak datang.
Syapsan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni yang baru kembali dari Surabaya datang.
Aksi lalu berlanjut dengan pembacaan sumpah Mahasiswa Indonesia bersama-sama. Sembari massa mencoba maju tetapi ditahan oleh 8 security di pintu depan Gedung Rektorat. Setiap kali mencoba maju, security pasang badan menahan.
“UR tak siap menyongsong Akreditasi A karena adanya darurat demokrasi di dalamnya,” teriak Fajar Muhammad Mentri Sosial Masyarakat BEM UR.
Sempat terjadi negosiasi antara Korlap dengan pihak security, tetapi tetap tak diperbolehkan masuk. Akhirnya Rinaldi Parepare datang setelah dihubungi via telepon oleh Korlap. Penantian tak berbuah hasil, akhirnya massa menerobos masuk pukul 17.00.
Suasana gedung tampak berantakan karena sedang direnovasi. Massa masih menyampaikan tuntutan mereka di hadapan jajaran Wakil Rektor. Aras Mulyadi akan sampai pada Jumat 11 November pukul 14.00. Menyikapi hal tersebut, massa sepakat untuk menyegel ruangan kerja Rektor hingga beliau datang dan menemui mereka.
Massa bergerak menuju lantai dua Gedung Rektorat sambil berorasi.
Spanduk bertuliskan Kami Tidak Diam Jika Kami Dibungkam terpampang dengan rantai yang digembok tersemat di pegangan pintu masuk Ruangan Rektor.
Pukul 17.19 massa kembali ke depan Gedung Rektorat dan berkumpul. Rinaldi sampaikan untuk tidak membuka segel apapun jabatannya. Statuta juga tidak boleh dikirim ke Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi sebelum rektor menemui mahasiswa.
Masssa kemudian pulang dengan konvoi bersama melewati seluruh fakultas, berakhir di Sekretariat BEM UR. *Annisa Febiola, Annisa Majesty, Sukma Urwaful Usqo