Rombongan Penggembira Hmi Makassar Pindah Ke Mako Brimob

PAGI HARI DI AWAL PEKAN, 23 NOVEMBER, Rombongan Penggembira Himpunan Mahasiswa Islam (HMI ) masih terlihat di pekarangan kampus Universitas Riau Gobah. Rombongan ini berasal dari HMI Makassar pusat. Sudah dua hari menginap di PKM. Aktivitas tetap berlangsung seperti biasanya.

Namun di pagi itu juga, satuan polisi dari Brimob, Polantas dan Reserse menyemut di lapangan futsal Fakultas Hukum atau FH. Pasukan korps bhayangkara sedang diberi pengarahan. Mereka usai melakukan penggeledahan seluruh rombongan sekitar 30 menit. Penggeledahan ini terkait senjata tajam dan benda terlarang lainnya. Dari hasil penggeladahan didapat dua buah parang dan satu badik. “Tersangkanya ada tiga orang,” kata MA Batubara, seorang polisi usai penggeledahan.
Penggeledahan ini buntut dari insiden salah satu panitia terkena busur saat bentrokan terjadi di depan Green Hotel, Jalan Arifin Achmad Kecamatan Marpoyan Damai.

“Teman-teman dari Makassar sudah biasa membawa senjata jika keluar, sebatas pegangan pribadi saja, tidak untuk nakal-nakalan, “ ungkap Ahmad, salah satu koordinator rombongan. Katanya, pelaku yang melakukan pembusuran di Green Hotel itu bukan rombongan kami. “Kami sudah dua hari di PKM ini, dan tidak ada ke mana-mana.”

“Tragedi  tersebut dikarenakan teman teman dari cabang Gowa Raya mau pergi mandi ke SPBU karena tidak ada fasilitas di GOR—Gelanggang Remaja— kemudian bertemu dengan panitia lokal dan terjadilah adu mulut lalu di keroyok, berhubung jumlah teman-teman sedikit maka kami memutuskan untuk kembali ke GOR yang akhirnya salah satu mahasiswa yang juga kader HMI terkena busur.” Jelas Ahmad.

Ahmad jelaskan, insiden yang terjadi pada kader HMI Pekanbaru merupakan persoalan internal kami sesama kader HMI. “Namun terjadi bias seolah-olah insiden dengan mahasiswa Riau.”
“Kami tidak bersinggungan dengan masyarakat, tetapi ini internal HMI yang merupakan dinamika kongres. bahwa insiden ini hanya terjadi pada mahasiswa HMI yang terlibat Kongres dan Panitia Kongres dan bukan mahasiswa Riau  apalagi masyarakat Riau,” tambahnya.

Ia juga menyesalkan terhadap media massa, terutama portal media online, yang menyudutkan HMI Makassar, padahal rombongan tidak hanya dari HMI Makassar, namun dari daerah-daerah lain se Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Mereka juga telah lakukan konferensi pers di MTQ Minggu malam yang difasilitasi kepolisian, disana mereka jelaskan permintaan maaf kepada masyarakat Riau.

PULUNGAN—KEPALA BAGIAN RUMAH TANGGA UR ceritakan sebab rombongan HMI Makasar mendapat izin nginap di UR Gobah. Awal mulanya dari Kepolisian meminta Rektor untuk memfasilitasi delegasi. Rektor mengira ini merupakan delegasi resmi. Untuk akomodasi Pemerintah Provinsi Riau yang menyediakan. UR hanya fasilitasi penginapan.
Rektor hubungi Pulungan agar membuka gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa atau PKM. “Sampai hari sabtu kita turun dan cek, banyak hal yang tak terduga. Aula pasca di dobrak.  Kemudian kita laporkan lagi ke pihak kepolisian.”

“Senin malam Pattimura harus sudah kosong,” perintah Rektor.

Delegasi diberi waktu hingga senin malam. Pulungan khawatirkan mahasiswa UR akan bentrok dengan Rombongan HMI yang menginap di PKM. Jika situasi tidak seperti itu, UR akan fasilitasi. Namun situasi diluar dugaan, pihak kampus akhirnya meminta delegasi pindah.

Mahasiswa UR berkumpul di lapangan Futsal FH

DI TERAS RUANGAN GEDUNG PASCA SARJANA ILMU LINGKUNGAN UR, Andres Pransiska, Presiden mahasiswa UR beserta kelembagaan Fakultas Hukum bertemu dengan Kepala Biro Operasi Kapolda Riau, Edi Setio Budi Santoso. Andres yang mewakili mahasiswa UR meminta rombongan dipindahkan.
Permintaan Andres ini buntut tersebarnya beberapa isu terkait keberadaan mahasiswa Makasar yang dianggap melakukan tindakan sewenang-wenang.

Beredar broadcast blackberry messenger yang menyebutkan Fakultas Hukum Siaga 1. Dalam broadcast tersebut dikatakan kampus UR diporak-porandakan oleh tamu dari Makassar, seperti aula dikencingi, melecehkan mahasiswi, kondom dan senjata tajam yang berserakan dan mengancam mahasiswa hukum yang beraktifitas.
Isu ini terus berkembang. Sampai pada sore hari, mahasiswa UR berkumpul di lapangan futsal FH menggunakan atribut kain putih. Kain itu ada yang di ikat di kepala, dan ada di tangan.

Polisi terus berjaga-jaga di lingkungan kampus. Untuk mengantisipasi terjadi bentrok antara mahasiswa UR dan mahasiswa HMI dari Sulawesi, polisi meminta rombongan asal Makassar untuk pindah ke Markas Komando (Mako) Brimob Pekanbaru.
Mulai pukul tiga sore, beberapa rombongan HMI dari Sulawesi berangkat dari kampus ketempat pengungsian. Mereka bawa barang-barangnya.

Pukul empat sore, perwakilan dari HMI Makassar adakan mediasi dengan pihak kepolisian terkait tempat penginapan yang baru. Mediasi dilakukan didepan  gedung PKM. Pihak kepolisian harapkan kehadiran mereka turut menyukseskan pesta mereka sendiri, bukan justru memberi citra buruk pesta.
Sekitar 20 menit, mediasi selesai. Tapi delegasi Makassar masih berembuk untuk menentukan apakah pindah atau tidak. Muhammad Zulkifli, ketua rombongan Makassar semula minta tidak ingin dipindahkan ke Mako Brimob dan bertahan di PKM UR. “Namanya mahasiswa kami takut diisolasi disana,” ujarnya. Mereka meminta waktu agar tetap bertahan

Saat mediasi banyak mahasiswa UR yang hadir, tidak hanya dari yang dikampus Gobah, dari kampus Panam juga ikut andil menyaksikan mediasi tersebut. Terlihat juga Andres Pransiska—Presiden Mahasiswa dan jajarannya. Hingga mediasi selesai situasi masih aman. Polisi masih setia berjaga-jaga di berbagai tempat untuk antisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
Pukul setengah lima, terlihat massa dari UR sudah berkumpul di depan Biro Akademis Fakultas Hukum. Massa semakin bertambah. Massa UR terdiri dari mahasiswa Fakultas Hukum, beberapa dari BEM UR, dan beberapa dari fakultas lainnya.

Rombongan penggembira naik ke mobil Brimob. Sedang menunggu rombongan yang lain naik kesemua mobil.
Rombongan penggembira naik ke mobil Brimob. Sedang menunggu rombongan yang lain naik kesemua mobil.

Pukul enam kurang sepuluh menit rombongan HMI Makasar sepakat untuk pindah dari UR. Mobil Brimob mulai berdatangan dan delegasi Makassar satu persatu masuk ke mobil. Karena mobil yang disediakan pihak kepolisisan tidak cukup membawa seluruh rombongan, maka pihak kepolisian mengantar sebagiannya dulu, sisanya akan dijemput lagi nantinya.

Di belakang Gedung B, sambil menunggu mobil menjemput rombongan kedua, mulai terjadi kericuhan. Sempat terjadi adu sindir-menyindir hingga adu mulut antara rombongan HMI Makassar dengan massa UR. Tetapi polisi datang dan segera meleraikan.
“Ini Kesalahpahaman. Kelompok Mahasiswa UR tersebut bermaksud memberi ucapan selamat berpisah kepada mahasiswa yang akan segera dipindahkan. Itu cuman  cara sesama anak muda,” ujar Zulkifli, salah seorang polisi yang mencoba melerai kedua belah pihak.
Berkali-kali kedua tepuk tangan terdengar, baik dari Mahasiwa UR dan Rombongan HMI. Terdengar pula teriakan “Hidup Unri” dari rombongan HMI Makassar.

Mobil dari Pihak Kepolisian akhirnya tiba untuk menjemput rombongan terakhir. Para rombongan HMI pun menaiki mobil-mobil yang telah tiba. “Dahulukan Kohati,”teriak dari kerumunan.
Mobil rombongan HMI akhirnya pergi meninggalkan Kampus UR Gobah “Teman-teman Riau kami tunggu di Makassar ya?” teriak salah satu rombongan HMI Makassar.
Aras Mulyadi selaku Rektor UR saat dimintai keterangan, tidak mau berkomentar terkait masalah ini.#Agus Alfinanda, Badru, Eka Kurniawaty, Muhammad Ilham, Sofya Ulfasari