Koalisi Bijak Pilkada bersama XR Riau, Kabur Riau dan Tim Penyelamat Demokrasi mengadakan Festival Pilkada Riau 2024. Bertajuk Rakyat Bersuara untuk Pilkada Ekologis di Waroeng Six, Pekanbaru pada Kamis (14/11).
Ketua panitia Rina Noviana merancang kegiatan ini untuk menguatkan demokrasi lokal. “Festival Pilkada Riau 2024 ini adalah ruang dialog antara masyarakat dan kandidat, agar kita bisa menentukan arah pemilihan yang tepat,” ujarnya.
Dari tiga pasangan calon (paslon) yang hadir hanya dua. Ada paslon 01 Wahid-Haryanto dan Muhammad Natsir-Wardan dengan nomor urut 02. Paslon 03 tak hadir sebab kendala jadwal.
Diskusi mulai dengan presentasi visi misi dari masing-masing paslon. Paslon 02 bawa slogan Nasir-Wardan Bisa, Nasir-Wardan Tahu Caranya. Membawa visi Riau Berdaya Saing Menuju Riau Emas. Perwakilan paslon 02 Amirhan menyampaikan komitmen mereka terhadap pembangunan berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan pembangunan yang selaras dengan lingkungan melalui konsep ekosistem emas. Riau harus maju tanpa mengorbankan kelestarian alamnya,” tuturnya.
Sementara itu, paslon 01 menawarkan pendekatan berbasis ekologi untuk menghentikan praktik pembabatan hutan. “Kami telah merancang pembangunan yang selaras dengan prinsip ekologis,” kata perwakilannya Fuad Santoso.
Dia juga menyoroti pentingnya aspirasi generasi muda. “Paslon 01 percaya bahwa generasi muda adalah garda terdepan perubahan. Kami berkomitmen memberi ruang bagi mereka untuk berkontribusi,” tambahnya.
Diskusi berlanjut ke strategi mengatasi korupsi dan mendorong keterlibatan generasi muda serta perempuan. Paslon 01 menekankan perlunya edukasi dan sinergi birokrasi untuk mengatasi tumpang tindih lahan. “Kami akan memperbaiki kualitas SDM [Sumber Daya Manusia] dan memastikan kebijakan berjalan hingga tingkat paling bawah,” tegas Fuad.
Paslon 02 menyoroti pentingnya birokrasi yang bersih. “Pak Nasir selalu menekankan transparansi dalam setiap kebijakan. Jika birokrasi profesional, kasus korupsi dapat diminimalisasi,” kata Amirhan.
Untuk generasi muda, Paslon 02 menjanjikan pendidikan gratis dan lapangan kerja baru. “Pak Nasir akan memprioritaskan pendidikan gratis tanpa pungutan biaya serta membuka akses pekerjaan bagi anak muda,” ujar Amirhan.
Di sisi lain, paslon 01 berkomitmen memperbaiki infrastruktur untuk mendukung ide dan aspirasi generasi muda.
Dampak perubahan iklim juga menjadi perhatian utama dalam diskusi. Perwakilan Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) Zainal Arifin, menyoroti intrusi air laut dan tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat.
“Kami melihat banyak ibu kesulitan memberi makan anak-anak mereka dan banyak anak putus sekolah. Krisis iklim harus menjadi prioritas,” katanya.
Paslon 02 menjawab dengan menekankan pentingnya menertibkan perusahaan untuk menjaga ekosistem. “Pak Nasir turun langsung ke lapangan untuk memastikan kebijakan berjalan efektif,” jelas Amirhan.
Sementara itu, paslon 01 menyoroti kesadaran lingkungan sebagai langkah utama. “Kami akan memastikan tidak ada lagi perambahan hutan atau lahan gambut yang merusak ekosistem,” ujar Fuad.
Terkait pengelolaan sampah, paslon 01 mengusulkan konsep bank sampah, sedangkan Paslon 02 mendukung program Extended Producer Responsibility (EPR). “Kami percaya program EPR penting diterapkan di seluruh Riau,” tegas Amirhan.
Isu perempuan juga menjadi sorotan dalam diskusi kali ini. Direktur PPSW Riau Herlia Santi, menyoroti rendahnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan lingkungan dan konsesi wilayah.
Dia pun mengangkat dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit terhadap perempuan. Khususnya buruh perempuan, serta persoalan hak reproduksi yang kurang diperhatikan.
“Mengingat kondisi tersebut, bagaimana langkah konkret pasangan calon untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan apa solusi atas dampak ekspansi sawit yang dirasakan perempuan di kawasan ini?” tanyanya.
Sementara itu perwakilan anak muda Khariq Anhar, menyampaikan kritik keras terhadap partai politik. Dia menyebut politisi sering hanya berbicara tanpa membawa dampak nyata.
“Politisi itu seperti angin, tidak berhasil mengubah apapun. Mari kita hidupkan budaya kritik untuk perbaikan, karena kebiasaan birokrat itu hanya suara kosong,” ujarnya.
Khariq juga menyoroti tingginya biaya pendidikan yang menjadi salah satu penyebab 10 juta generasi Z menganggur di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagai solusinya, dia mengusulkan pengembangan sektor manufaktur di Riau.
“Riau memiliki CPO [Crude Palm Oilm], tapi sebagian besar dijual ke luar negeri. Kita bisa mengolah kelapa sawit menjadi produk bernilai tambah,” tambahnya. Dia juga menekankan pentingnya distribusi ekonomi yang adil dan berkelanjutan, tidak hanya menguntungkan segelintir orang.
Isu kesehatan anak-anak dan ibu akibat bahaya rokok juga diangkat oleh Dewan Perwakilan Remaja yang hadir dalam diskusi tersebut.
Acara ini merupakan bagian dari aktivasi platform pendidikan bijakpilkada.id. Tujuannya mempermudah generasi muda dalam mengakses informasi terkait isu-isu lokal serta mengenal profil dan rekam jejak calon kepala daerah. Hiburan dari Konkrit Genggaman mengakhiri diskusi malam itu.
Penulis : Rias Smith Veraldha
Editor : Nazhifah Novenda