Bisnis Indonesia mengadakan lokakarya Kelas Menulis yang didukung PT Pegadaian dengan tema Emas Dalam Kata, Investasi dalam Karya pada Kamis, 19 Juni 2025. Berlokasi di PT Pegadaian, Gade Coffee Lantai 2, Pekanbaru.
Kepala Pemasaran dan Penjualan PT Pegadaian, Rosnandar Abriyanto membawa kelas Smart Financial untuk Generasi Pandai Milenial. Ia mengatakan pegadaian sudah ada sejak zaman Belanda. Berawal dengan nama Bank Van Leening. “Kop bisnisnya adalah mendapatkan dana masyarakat dengan menjaminkan jaminan barang benda bergerak,” tuturnya.
Benda bergerak adalah benda yang dapat dipindah-pindahkan. Pria yang akrab disapa Nandar itu membahas badan jaminan gadai. “Badan jaminan gadai itu adalah usaha dan emas,” jelasnya.
Sebelumnya, barang dengan nilai ekonomis rendah dapat digadaikan. Namun sekarang hanya barang yang berkualitas dan punya nilai ekonomis tinggi seperti emas. “Pegadaian masuk ke Holding Ultra Mikro. Jadi, pegadaian sekarang itu bukan PT Persero lagi, tapi sudah PT Pegadaian saja,” tambahnya.
Kata Nandar, ada empat jebakan finansial yang wajib diwaspadai. Seperti Fear of Missing Out (FOMO) yang dapat memicu pembelanjaan impulsif dan budaya konsumtif bahkan tak takut berhutang. Juga memilih bayar nanti atau bayar nanti, guna kebutuhan tersier alih-alih primer.
Kemudian juga You Only Live Once atau YOLO, menumbuhkan rasa takut ketinggalan tren. “iPhone orang, iPhone pulo awak. Ini bahayanya,” paparnya.
Dalam mengelola keuangan mengurangi rasio investasi, rasio hutang, dana darurat. Tidak ada 10 persen untuk menabung, utang sebesar 35 persen untuk cicilan, dan dana darurat. Untuk investasi, Nandar merekomendasikan emas karena baik untuk jangka panjang.
Selepas makan siang, Kepala Kantor Perwakilan Bisnis Indonesia Pekanbaru, Aang Suherman materi Menulis Efektif di Era Digital. Ia mengatakan banyak orang bebas membangun media tanpa paham ilmu jurnalistik.
Maka perlunya keahlian dalam menyebarkan berita agar banyak yang membaca, misalnya dengan Search Engine Optimization (SEO). Serta menyesuaikan konten dengan segmen yang dituju pembaca. “Teman-teman yang punya website pers tetap harus memahami SEO,” ujar Alumni Bahana Mahasiswa itu.
Menurut Aang, kunci dari SEO adalah judul yang menarik dan mencakup seluruh informasi. Dengan minimal 25 karakter, dengan maksimal 65 karakter. Juga menggunakan singkatan umum yang dipahami semua orang guna hemat ruang. Selain itu, gunakan Google Trend untuk membuat SEO semakin bagus.
Isi berita juga perlu diperhatikan, seperti lead yang berisi ringkasan informasi dalam bentuk naratif atau bercerita. Harus sesuai dengan judul atau kata kunci. Badan berita adalah informasi yang menopang judul dan lead, harus memperhatikan kesinambungan informasi antar paragraf dan tanda bacanya . Dalam satu paragrafnya maksimal dua kalimat.
Lalu, taat dengan 5w+1h (apa, siapa, kapan, mengapa, di mana dan bagaimana) serta menyesuaikan gaya penulisannya. Seperti straight news yang menggunakan penulisan lugas, ringkas, informasi padat, serta menggunakan piramida terbalik.
Penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, kata Aang, memang mempermudah pekerjaan. Namun, mengakibatkan berita akan sulit terdeteksi oleh Google.
Kelas terakhir dibawakan Arif Gunawan bertajuk Data Jurnalisme dan Memilih Sudut Berita Ekonomi . Arif mengatakan jurnalisme data adalah bentuk pendekatan yang berdasarkan penyaringan dan analisis kumpulan data dalam jumlah yang besar. Tujuannya guna menyampaikan suatu informasi.
Jurnalis data dari eropa Nicolas Kayser Bil menjelaskan dua tingkat pemrosesan data jurnalisme. Seperti analisis data hingga menjadi jelas, sehingga penyajian informasi mudah dipahami pembaca. “Jurnalisme data ini tidak wajib wawancara. Namun, menggunakan data 10 tahun terakhir,” ujar Arif.
Arif memaparkan data jurnalisme menyajikan informasi dengan visual dan ilustrasi yang menarik. Disertai data bukti empiris, sehingga memperkuat akurasi dari berita atau peristiwa tersebut. Bersama visual dan ilustrasi yang menarik, membuat pembaca lebih mudah memahami isu meski rumit.
Pemilihan sudut pandang berita atau sudut tidak berarti memutar suatu fakta. Kata Arif, sudut menentukan sisi dari fakta yang paling relevan dan penting. Selepas ia pinta peserta untuk menulis tentang Pegadaian.
Penulis: Amelia Rahmadani dan M. Rafli Maulana Editor: Najha Nabilla