Muhammad Abdurrahman-Musthafa Adjie terpilih secara aklamasi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Penetapan dilakukan Panitia Pemilihan Raya Fakultas (PPRF) di Gedung Kuliah FMIPA Ruang 302, Kampus Unri Bina Widya, Selasa sore (26/11).
“Kami mengawasi dari awal hingga sampai saat ini dan juga mengawasi terus apa saja yang dilakukan, terutama pada panitia PPRF di dalam menjalankan tugasnya,” ujar Ketua Panitia Pemilihan (Panwas) Jhory Rahmad Yudhistira.
Ketua PPRF Adek Farhan Murdiansyah mengatakan aklamasi terjadi sebab salah satu pasangan calon (paslon) tak memenuhi tahap verifikasi berkas. Berkas yang tak terpenuhi yaitu surat kesehatan jasmani dan rohani. Sesuai dengan peraturan mahasiswa, panitia memberikan kesempatan paslon untuk memenuhi berkas dalam waktu 1×24 jam.
Namun paslon tersebut tak kunjung mengirim berkas. Alasannya karena rumah sakit yang dituju tutup. Sehingga paslon pinta surat kuasa untuk dispensasi kembali selama 20 menit.
“Sampai pada jam 12 lewat 5 menit itu juga surat kuasa dan berkasnya itu tidak sampai,” jelas Farhan.
Paslon tersebut adalah M. Fauzan Hasbi bersama Aulia Rahman Mizam. Mantan Calon Wakil Gubernur Mahasiswa (cawagubma) Aulia Rahman Mizam menyatakan secara keseluruhan mereka tak penuhi tiga berkas. Ketiganya yaitu Kartu Hasil Studi (KHS) yang dilegalisir, surat kesehatan jasmani dan rohani, serta surat keterangan dari Himpunan Mahasiswa.
Melalui via pesan WhatsApp Rahman menjelaskan mereka terkendala saat memenuhi berkas kesehatan jasmani dan rohani. Karena pada hari Jumat, jam kerja Rumah Sakit Jiwa Tampan hanya hingga pukul dua siang. Sehingga kehabisan waktu, selepasnya mereka pun berkeliling mencari Rumah Sakit yang lain.
Dengan dispensasi dari Panitia, tenggat mengirim berkas perpanjangan sehari. Pencarian Rumah Sakit berlanjut hingga hari Sabtu. Hari yang sama saat panitia menagih Rahman untuk berkas verifikasinya.
Apesnya saat itu salah satu tim sukses paslon M. Fauzan Hasbi-Aulia Rahman Mizam mengalami kecelakaan. Saat itu ia membawa berkas verifikasi yang akan diantar ke panitia.
“Kecelakaannya jatuh, sewaktu hujan. Jalan licin dan berpasir di dekat simpang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri karena ngejar waktu untuk penghantaran berkas tersebut,” ujar Rahman.
Perihal unggahan akun Instagram @aliansimahasiswapenggugat yang berisi tuntutan mahasiswa ke PPRF untuk datang ke Sekretariat dalam waktu 20 menit. Pun berisi kekecewaan mereka terhadap keputusan panitia.
Farhan mengatakan dia turut berduka atas kejadian tersebut. Panitia telah diskusi dengan Steering Committee (SC) serta Panitia Pengawas (Panwas) bahwa jika membatalkan pengumuman verifikasi berkas tersebut maka harus mengubah linimasa pemilihan.
Ketua PPRF itu mengadakan forum atas permintaan mahasiswa untuk peninjauan ulang keputusan dari SC dan panitia. Panitia mengadakan forum sebelum penetapan peserta pemira pada Minggu (24/11).
Dalam forum panitia mendatangkan semua ketua kelembagaan FMIPA, panwas, dan SC. Namun paslon yang tak penuhi berkas nihil kedatangannya. Panitia sudah berusaha menelpon paslon tersebut tapi tak ada jawabannya. Keputusan kembali pada panitia.
Menurut Ketua panwas Jhory Rahmad Yudhistira kalau kepanitian pemira sudah menjalan tugas sesuai dengan tupoksinya terlepas dari kerusuhan kemarin. “Ada perbedaan dari dua sudut pandang yang berbeda dan secara pasti saya netral. Saya tidak berpihak ke mana pun.”
Mantan cawagubma itu berharap pada pemira selanjutnya lebih jelas. Panitia dan SC tak boleh memihak ke paslon, pun panitia lebih disiplin.
“Taati aturan jam operasional kerja Pemira ketika disebut kerjanya hari Senin-Sabtu, eh kenapa tiba-tiba ada up Media verifikasi berkas itu di hari Minggu, jangan kebanyakan lawak panitia dan SC, dan juga jangan mau disetir Kanda, ehh wkwkw,” tutup Rahman.
Penulis: M. Rafli Maulana
Editor: Najha Nabilla